Ø Faktor Penghambat Belajar
Secara umum
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak dibedakan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah yang mempengaruhi hasil
belajar anak. Berikut akan diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar.
Ø Faktor Internal
Faktor
internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat
mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis
dan biologis serta faktor psikologis.
Faktor
fisiologis dan biologis
Masa peka
merupakan masa mulai berfungsinya factor fisiologis pada tubuh manusia. Faktor
fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor
ini dibedakan menjadi 2, yaitu:
–
Keadaan tonus jasmani
Keadaan
tonus jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kondisi fisik yang
sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar.
Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil
belajar yang maksimal.
–
Keadaan fungsi jasmani atau fisiologis
Selama
proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada anak sangat
mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi
dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar.
Anak yang
memiliki kecacatan fisik (panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai
hasil belajar yang maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan
fisik namun nilai akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan
mempengaruhi psikologisnya, diantaranya:
–
sulit bergaul karena memiliki perasaan malu dan minder akan
kekurangannya,
– ada
perasaan takut diejek teman,
–
merasa tidak sempurna dibandingkan dengan teman-teman lain.
Perasaan
yang menghantui anak dapat membuat prestasinya menurun. Namun ada juga anak
yang menjadikan kekurangannya sebagai motivasi untuk maju. Cacat fisik membuat
anak tidak dapat malakukan aktivitas belajar di sekolah dengan baik, sehingga
perlu disediakan sekolah yang bisa menampungnya sesuai dengan cacat yang
disandang. Misalnya bagi penyandang tuna netra bersekolah di SLBA, tuna rungu
bersekolah di SLBB, dan sebagainya.
Ø Faktor psikologis
Faktor
psikologis adalah faktor yang berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat
mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi
proses belajar anak adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.
– Kecerdasan/
intelegensi siswa
Pada
umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat.
Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja,
tetapi juga organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitan dengan kecerdasan,
tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan dengan organ lain,
karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi dari seluruh
aktivitas manusia.
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak,
karena menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi
seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses dalam
belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang
tua, guru,dan sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai
kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu
dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami
tingkat kecerdasannya.
Para ahli
membagi tingkatan IQ menjadi bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan
tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan
Merill sebagai berikut (Fudyartanto 2002):
Tingkat
Kecerdasan (IQ) Klasifikasi
140-169 amat superior
120-139 superior
110-119 rata-rata tingi
90-109 rata-rata
80-89 rata-rata rendah
70-79 batas lemah mental
20-69 lemah mental
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh orang tua dan guru atau
pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan
yang mana. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang
sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman
terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan
merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
– Motivasi
Motivasi
adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.
Motivasi yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli
psikologi mendefisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin,
1994). Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan perilaku seseorang.
Keseluruhan
daya penggerak psikis dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi
mencapai motivasi belajar. Dari sumbernya motivasi dibedakan menjadi: motivasi
ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua factor yang
berasal dari dalam individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu.
Dalam proses belajar, motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak
tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).
Menurut
Arden N. frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk
belajar antara lain:
Dorongan
ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
Adanya
sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan kegiatan untuk maju.
Adanya
keinginan untuk mancapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang
penting. Misalnya: orang tua, saudara, guru, teman, dan sebagainya.
Adanya
kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri
dan orang lain.
Motivasi
ekstrinsik adalah anak memulai dan meneruskan kegiatan belajar berdasarkan
kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaian dengan kegiatan
belajar itu sendiri. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara
lain:
Balajar
demi memenuhi kewajiban.
Menghindari
hukuman.
Memperoleh
hadiah material yang telah dijanjikan oleh orang tua.
Meningkatkan
gengsi dari orang lain.
Memperoleh
pujian dari orang lain.
Tuntutan
jabatan yang diinginkan.
Bentuk
motivasi belajar intrinsik dapat ditingkatkan menjadi motivasi berprestasi,
yaitu daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi belajar
yang setinggi mungkin, demi penghargaan kepada diri sendiri. Jadi hasrat
berprestasi tinggi bukan menurut ukuran dan pandangan sendiri.
– Minat
Secara
sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar
terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang
populer dalam psikologi karena disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai
faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun lepas
dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena
memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau
bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas,
seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik
terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan dengan cara.
Ø Membuat menarik materi
Materi bisa
dibuat menarik melalui bentuk buku materi, desain pembelajaran, melibatkan
seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa
menjadi aktif, dan guru juga harus memperhatikan performansi saat mengajar.
Pemilihan
jurusan atau bidang sekolah
Pemilihan
sebaiknya diserahkan pada siswa, sesuai dengan minatnya.
–
Sikap
Dalam
proses belajar sikap dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap
adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,
peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Shay,2003).
Sikap siswa
dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya
sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru
yang profesional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan
profesionalitas seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi
siswanya, berusaha mengembang kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,
sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang
diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti
pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang
studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi siswa.
–
Bakat
Faktor
psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum
bakat didefisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk
mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaian dengan
belajar, Slavin(1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki
seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka
bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan
berhasil.
Pada
dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi
belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu bakat juga
diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakuakan tugas tertentu
tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai
bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan
bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih
mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Selain itu
yang menjadi faktor psikologis lainnya adalah disiplin. Disiplin diri adalah
kemampuan diri yang kuat untuk mempertahankan diri dari bermacam-macam gangguan
dalam belajar. Misal, seorang anak akan tetap belajar walaupun ada acara
televisi yang menarik.
Ø Faktor Eksternal
Selain
faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar anak.
Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor
lingkungan sosial dan non-sosial (Syah, 2003):
Lingkungan
sosial
Lingkungan
sosial anak dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar. Linkungan sosial
dibagi manjadi tiga, yaitu:
Lingkungan
sosial sekolah
Pendidikan
di sekolah bukan sekedar bertujuan untuk melatih siswa supaya “siap pakai”
untuk kerja atau mampu meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya atau
mencapai angka rapor, melainkan untuk membentuk peserta didik manjadi manusia
sejati. Proses pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam
keluarga, kemudian dilanjutkan di sekolah, di masyarakat, di dunia kerja dan di
lingkungan sekitar.
Di sekolah,
untuk membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari pendidik yaitu Self
Regulated Learner (SRL). SLR adalah murid-murid yang memiliki kemampuan belajar
tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan
menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika lingkungan sekolah
seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas tidak mendukung.
Faktor-faktor yang dapat menghambat anak belajar di sekolah adalah:
Metode
mengajar
Dalam
mengajar guru memerlukan metode yang cocok. Metode ini dimaksudkan agar materi
yang disampaikan oleh guru terasa menarik dan siswa mudah menyerapnya.
Kurikulum
Kurikulum
yang kurang tepat dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan
kesukaran belajar. Kurikulum sangat penting dan selalu ada dalam sebuah
instansi pendidikan. Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan
psikologi anak.
Penerapan
disiplin
Disiplin
dalam sebuah sekolah sangat diperlukan untuk meengontrol kegiatan siswa di
sekolah. Namun kedisiplinan yang terlalu ketat akan membuat siswa merasa
terkekang dan merasa ruang geraknya dibatasi.
Hubungan
siswa dengan guru maupun teman
Suasana
sebuah kelas didukung oleh peran guru dan anggota kelas. Jika suasana kelas
tidak mendukung, maka dapat menghambat proses belajar anak. Hubungan siswa
dengan guru, siswa dengan teman juga perlu dibangun sedemikian rupa sehingga
tercipta suasana ynag baik dan nyaman bagi siswa, sehingga mereka betah menjadi
bagian dari kelas.
Tugas rumah
yang terlalu banyak
Guru
memberikan tugas untuk siswa merupakan hal yang wajar. Tetapi siswa akan merasa
jenuh dengan tugas yang terlalu banyak. Bagi sebagian siswa tugas merupakan
beban. Hal seperti inilah yang akan menghambat proses belajar anak.
Sarana dan
prasarana
Keberhasilan
belajar anak juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada. Sarana dan
prasarana yang memadai juga membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal.
2.
Lingkungan sosial masyarakat
Kondisi
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses belajar
anak. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya
di lingkungan yang tidak sekolah dapat menjadi faktor yang menimbulkan
kesukaran belajar bagi siswa. Misalnya siswa tidak memiliki teman belajar dan
diskusi maka akan merasa kesulitan saat akan meminjam buku atau alat belajar
yang lain.
3.
Lingkungan keluarga
Keluarga
merupakan tempat pertama kali anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan
keluarga sangat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor dari keluarga yang
dapat menimbulkan permasalahan belajar anak adalah:
Pola asuh
orang tua
Setiap
orang memiliki pola atau cara yang berbeda dalam mendidik anak. Pola asuh yang
selalu mengekang anak akan membuat anak sulit dan bahkan tidak dapat
mengembangkan kemampuan dan bakat yang dimiliki.
Hubungan
orang tua dan anak
Hubungan
yang tidak harmonis antara orang tua dan anak akan membuat anak tidak betah di
rumah. Dengan begitu anak tidak akan bisa melaksanakan aktivitas belajarnya
dengan baik.
Keadaan
ekonomi keluarga
Meskipun
tidak mutlak, perekonomian keluarga dapat menjadi salah satu penghambat anak.
Ada kemungkinan anak menjadi minder dan malu bergaul dengan teman karena
masalah ekonomi keluarganya. Dengan perasaan minder anak akan mudah
tersinggung, kecil hati, dan sebagainya. Akhirnya hal tersebut akan
mempengaruhi hasil belajar anak.
Keharmonisan
keluarga
Keluarga
yang tidak harmonis akan memberi dampak negatif pada anak dalam belajar.
Pertikaian atau cek-cok ayah dan ibu akan membuat anak merasa terbebani sehingga
anak menjadi kurang semangat dalam belajar.
Kondisi
rumah
Kondisi
rumah yang kurang memadai akan membuat anak kesukaran dalam belajar. Letak
rumah juga berpengaruh pada proses belajar anak. Rumah yang terlalu dekat
dengan jalan raya kurang efektif untuk belajar anak.
Teman
sebaya
Teman
sebaya dapat mempengaruhi proses belajar anak, baik teman sebaya dalam lingkup
sekolah maupun tempat tinggal atau masyarakat. Pada usia anak-anak dan remaja,
jiwa yang dimiliki masih labil, emosional, pemarah, dan juga rasa egois sangat
besar. Biasanya tejadi kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya
atau kawan bermain. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan atau bahkan
persaingan yang menimbulkan sikap saling mengejek, mendorong, memukul bahkan
kekerasan verbal.
Kekerasan
sebagai gangguan emosi pada dasarnya tidak hanya menyerang orang lain, tetapi
juga menyerang diri sendiri. Persoalan kekerasan dilihat dari lapangan
psikologi pendidikan mencoba mengarahkan pada lingkungan sekolahtempat anak
belajar berinteraksi dengan teman sebaya.
Interaksi
sosial yang tidak sehat antar teman sebaya di sekolah dipengaruhi faktor
lingkungan dari luar yang dibawa ke sekolah oleh peserta didik yang berujung
pada tindakan kekerasan. Belajar yang tidak menyenangkan juga membuat anak
merasa tertekan dan bertindak nakal. Sebenarnya kekerasan yang terjadi di
kalangan siswa dibentuk dari pengalaman-pengalaman lama.
Teman
sebaya yang seharusnya bisa untuk memperoleh informasi dan perbandingan
tentang dunia sosisal, prinsip keadilan malalui konflik yang terjadi dengan
teman, bisa untuk belajar tentang konsep gender juga dapat berpengaruh negatif
bagi anak. Misalnya kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimiliki kawan sebayanya
akan mudah mempengaruhi diri anak. Kebiasaan buruk yang mudah ditiru biasanya
dari ucapan atau tindakan.
Lingkungan
non-sosisal
Faktor yang
termasuk lingkungan non-sosial adalah
Lingkungan
alamiah
Yang
dimaksud dengan lingkungan alamiah adalah kondisi yang segar, tidak panas dan
tidak dingin, sinar tidak terlalu silau, tidak terlalu gelap, dan tenang.
Instrumental
Instrumental
dapat digolongkan dua macam:
Hardware
Yang
termasuk perangkat hard ware adalah gedung sekolah, alat, fasilitas, sarana
prasarana belajar, dan sebagainya.
Software
Yang
termasuk perangkat software dalam pendidikan adalah kurikulum sekolah,
peraturan, buku panduan, silabus, dan sebagainya.
Cara
Mengatasi Hambatan Belajar
Saat timbul
hambatan dalam belajar, hambatan tersebut harus segera diatasi. Dengan diatasi
hambatan tersebut maka proses belajar dapat berjalan dengan baik dan dapat
mencapai hasil belajarr yang maksimal. Cara mengatasi hambatan belajar dapat di
mulai dari diri anak, keluarga, dan sekolah.
Diri anak
1)
Menjaga
kesehatan jasmani.
2)
Menumbuhkan
rasa percaya diri.
3)
Membangun
motivasi diri.
4)
Belajar
berinteraksi dengan lingkungan.
5)
Belajar
menjaga emosi.
6)
Menerima
keadaan (ekonomi, jasmani,dll).
Keluarga
1.
Memberi teladan dalam sikap dan tingkah laku kepada anak.
2.
Menjaga keharmonisan keluarga.
3.
Menyediakan waktu untuk mendampingi anak dalam belajar
4.
Megusahakan kesehatan anak, misalnya dengan makanan bergizi.
5.
Melatih anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah (menyapu, mencuci piring, dll).
6.
Meminimalkan untuk membandingkan anak dengan anak yang lain.
7.
Mencukupi fasilitas dan saran prasarana belajar.
8.
Mambangun dan memberi motivasi anak.
Sekolah
1)
Guru
mangendalikan diri (emosi) saat mengajar.
2)
Guru
menjaga kedekatan dengan siswa maupun orangtua siswa.
3)
Guru
bersikap adil pada semua siswa.
4)
Guru
memberikan motivasi siswa, misalnya dengan pujian, dan sebagainya.
5)
Guru mamberikan
teladan yang baik pada siswa.
6)
Guru
mengajar dengan menggunakan metode yang menyenangkan.
7)
Guru
melihat kelemahan masing-masing siswa, misalnya ada siswa yang cacat fisik
letak posisi duduk di depan.
8)
Guru
mamberi tugas sesuai dengan kemampuan siswa.
9)
Lingkungan
yang nyaman untuk belajar siswa.
10) Memberikan kelonggaran tata tertib, namun
tetap disiplin.A