Senin, 30 November 2015

Tipe Masyarakat Multietnik

Masalah - masalah kemasyarakatan dianggap sangat penting dan menarik bagi banyak negara di dunia pada saat ini, sifatnya yang majemuk, yang pluralistik sering kali merujuk kepada keragaman bahasa, agama, lapisan sosial,kasta, ras serta kebudayaan suku bangsa, Keragaman itu pada umunya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang, akan tetapi ada kalanya juga terdapat di negara-negara yang telah maju.

Di Negara-negara yang sedang berkembang dimana pemerintahannya belum mampu menjamin kesejahteraan dan keamanan hidup warganya secara penuh, masyarakat multietnik yang terdiri dari beragam suku bangsa akan lebih sulit diatur, negara-negara seperti itu biasanya pernah menjadi jajahan negara lain, dan batas-batas wilayah biasanya tidak mengikuti batas-batas wilayah dari suku-suku yang ada. 

Berdasarkan sejarah, asal mula, komposisi penduduk, dan sifat-sifat dari kebudayaan nasional dari negara-negara yang bersangkutan, didunia ini setidaknya ada  tipe masyarakat multietnik yaitu : 

  • Penduduknya terdiri dari sejumlah suku bangsa, dimana salah satu suku bangsa itu merupakan suku bangsa yang dominan sedangkan sisanya adalah suku bangsa minoritas, tipe ini biasanya terdapat di sebagaian besar dari negara-negara maju di eropa barat.
Namun banyak yang beranggapan bahwa suku bangsa yang dominan merupakan kebudayaan perkotaan yang telah berusia ratusan tahun, asumsi ini dianggap mengabaikan beberapa hal berikut ini : 
  1. bahwa setiap struktur sosial itu, didalam dirinya sendiri, mengandung berbagai konflik dan kontradiksi yang bersifat internal yang merupakan sumber terjadinya berbgaia perubahan. 
  2. reaksi dari suatu sistem sosial terdapat adanya berbagai perubahan yang datangn dari luar, tidak selalau bersifat adaptif 
  3. sistem sosial dalam jangka panjang dapat juga mengalami konflik sosial yang bersifat vicious circle, yang tidak pernah berhenti. 
  4. berbagai perubahan sosial tidak selalu terjadi secara evolusioner akan tetapi dapat juga terjadi secara revolusioner. 
Terkait dengan masalah ketentraman dan keamanan nasional maka negara-negara dengan masyarakat yang multietnik tentu lebih sulit menjaganya daripada menjaga ketentraman dalam negara -negara yang masyarakatnya homogen, dikarenakan didalam negara yang telah maju ekonominya, keragaman budaya suku bangsa tidak akan menganggu ketentraman negara karena penduduknya sudah merasa puas dengan kemakmuran yang dicapai serta dapat berfikir secara rasional dan praktis. 

Sabtu, 28 November 2015

Faktor Penghambat Belajar dan Cara Mengatasinya



Ø  Faktor Penghambat Belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar anak dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebutlah yang mempengaruhi hasil belajar anak. Berikut akan diuraikan tentang kedua faktor penghambat belajar.

Ø  Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis dan biologis serta faktor psikologis.

Faktor fisiologis dan biologis
Masa peka merupakan masa mulai berfungsinya factor fisiologis pada tubuh manusia. Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor ini dibedakan menjadi 2, yaitu:

–  Keadaan tonus jasmani

Keadaan tonus jasmani sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap proses belajar. Sedangkan kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal.

–  Keadaan fungsi jasmani atau fisiologis

Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada anak sangat mempengaruhi hasil belajar, terutama panca indera. Panca indera yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar.

Anak yang memiliki kecacatan fisik (panca indera atau fisik) tidak akan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Meskipun juga ada anak yang memiliki kecacatan fisik namun nilai akademiknya memuaskan. Kecacatan yang diderita anak akan mempengaruhi psikologisnya, diantaranya:

–  sulit bergaul karena memiliki perasaan malu dan minder akan kekurangannya,

–  ada perasaan takut diejek teman,

–  merasa tidak sempurna dibandingkan dengan teman-teman lain.



Perasaan yang menghantui anak dapat membuat prestasinya menurun. Namun ada juga anak yang menjadikan kekurangannya sebagai motivasi untuk maju. Cacat fisik membuat anak tidak dapat malakukan aktivitas belajar di sekolah dengan baik, sehingga perlu disediakan sekolah yang bisa menampungnya sesuai dengan cacat yang disandang. Misalnya bagi penyandang tuna netra bersekolah di SLBA, tuna rungu bersekolah di SLBB, dan sebagainya.

Ø  Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor yang berasal dari keadaan psikologis anak yang dapat mempengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis utama yang mempengaruhi proses belajar anak adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap dan bakat.

–  Kecerdasan/ intelegensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan dengan organ lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi dari seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar anak, karena  menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang individu, semakin besar peluang individu untuk meraih sukses dalam belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain seperti orang tua, guru,dan sebagainya. Sebagai faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.

Para ahli membagi tingkatan IQ menjadi bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut (Fudyartanto 2002):

Tingkat Kecerdasan (IQ)   Klasifikasi
140-169        amat superior
120-139        superior
110-119         rata-rata tingi
90-109         rata-rata
80-89 rata-rata rendah
70-79 batas lemah mental
20-69 lemah mental
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

–  Motivasi

Motivasi adalah salah satu factor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasi yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan perilaku seseorang.

Keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri anak yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai motivasi belajar. Dari sumbernya motivasi dibedakan menjadi: motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi intrinsik adalah semua factor yang berasal dari dalam individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik relatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar (ekstrinsik).

Menurut Arden N. frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain:

Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan kegiatan untuk maju.
Adanya keinginan untuk mancapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting. Misalnya: orang tua, saudara, guru, teman, dan sebagainya.
Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain.
Motivasi ekstrinsik adalah anak memulai dan meneruskan kegiatan belajar berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara mutlak berkaian dengan kegiatan belajar itu sendiri. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain:

Balajar demi memenuhi kewajiban.
Menghindari hukuman.
Memperoleh hadiah material yang telah dijanjikan oleh orang tua.
Meningkatkan gengsi dari orang lain.
Memperoleh pujian dari orang lain.
Tuntutan jabatan yang diinginkan.
Bentuk motivasi belajar intrinsik dapat ditingkatkan menjadi motivasi berprestasi, yaitu daya penggerak dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi mungkin, demi penghargaan kepada diri sendiri. Jadi hasrat berprestasi tinggi bukan menurut ukuran dan pandangan sendiri.

–  Minat

Secara sederhana minat merupakan kecenderungan kegairahan yang tinggi atau besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang populer dalam psikologi karena disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keinginan, motivasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan dengan cara.

Ø  Membuat menarik materi

Materi bisa dibuat menarik melalui bentuk buku materi, desain pembelajaran, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, dan guru juga harus memperhatikan performansi saat mengajar.

Pemilihan jurusan atau bidang sekolah

Pemilihan sebaiknya diserahkan pada siswa, sesuai dengan minatnya.

–  Sikap

Dalam proses belajar sikap dapat mempengaruhi keberhasilan proses belajar. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Shay,2003).

Sikap siswa dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi  siswanya, berusaha mengembang kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya, berusaha untuk menyajikan pelajaran yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan, meyakinkan siswa bahwa bidang studi yang dipelajarinya bermanfaat bagi siswa.

–  Bakat

Faktor psikologis lain yang mempengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum bakat didefisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaian dengan belajar, Slavin(1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seseorang siswa untuk belajar. Dengan demikian bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakuakan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasi yang berhubungan dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.

Selain itu yang menjadi faktor psikologis lainnya adalah disiplin. Disiplin diri adalah kemampuan diri yang kuat untuk mempertahankan diri dari bermacam-macam gangguan dalam belajar. Misal, seorang anak akan tetap belajar walaupun ada acara televisi yang menarik.

Ø  Faktor Eksternal

Selain faktor internal, faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi faktor lingkungan sosial dan non-sosial (Syah, 2003):

Lingkungan sosial

Lingkungan sosial anak dapat menimbulkan kesulitan dalam  belajar. Linkungan sosial dibagi manjadi tiga, yaitu:

Lingkungan sosial sekolah

Pendidikan di sekolah bukan sekedar bertujuan untuk melatih siswa supaya “siap pakai” untuk kerja atau mampu meneruskan ke jenjang pendidikan berikutnya atau mencapai angka rapor, melainkan untuk membentuk peserta didik manjadi manusia sejati. Proses pembentukan manusia sejati sudah mulai sejak anak hidup dalam keluarga, kemudian dilanjutkan di sekolah, di masyarakat, di dunia kerja dan di lingkungan sekitar.

Di sekolah, untuk membentuk manusia sejati ada salah satu harapan dari pendidik yaitu Self Regulated Learner (SRL). SLR adalah murid-murid yang memiliki kemampuan belajar tinggi dan disiplin sehingga mereka membuat belajar itu lebih mudah dan menyenangkan. Namun harapan itu tidak akan terwujud jika lingkungan sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas tidak mendukung. Faktor-faktor yang dapat menghambat anak belajar di sekolah adalah:

Metode mengajar
Dalam mengajar guru memerlukan metode yang cocok. Metode ini dimaksudkan agar materi yang disampaikan oleh guru terasa menarik dan siswa mudah menyerapnya.

Kurikulum
Kurikulum yang kurang  tepat dapat menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan kesukaran belajar. Kurikulum sangat penting dan selalu ada dalam sebuah instansi pendidikan. Kurikulum pendidikan harus disesuaikan dengan perkembangan psikologi anak.

Penerapan disiplin
Disiplin dalam sebuah sekolah sangat diperlukan untuk meengontrol kegiatan siswa di sekolah. Namun kedisiplinan yang terlalu ketat akan membuat siswa merasa terkekang dan merasa ruang geraknya dibatasi.

Hubungan siswa dengan guru maupun teman
Suasana sebuah kelas didukung oleh peran guru dan anggota kelas. Jika suasana kelas tidak mendukung, maka dapat menghambat proses belajar anak. Hubungan siswa dengan guru, siswa dengan teman juga perlu dibangun sedemikian rupa sehingga tercipta suasana ynag baik dan nyaman bagi siswa, sehingga mereka betah menjadi bagian dari kelas.

Tugas rumah yang terlalu banyak
Guru memberikan tugas untuk siswa merupakan hal yang wajar. Tetapi siswa akan merasa jenuh dengan tugas yang terlalu banyak. Bagi sebagian siswa tugas merupakan beban. Hal seperti inilah yang akan menghambat proses belajar anak.

Sarana dan prasarana
Keberhasilan belajar anak juga didukung oleh sarana dan prasarana yang ada. Sarana dan prasarana yang memadai juga membantu tercapainya hasil belajar yang maksimal.

2. Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa juga mempengaruhi proses belajar anak. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran, dan banyak teman sebaya di lingkungan yang tidak sekolah dapat menjadi faktor yang menimbulkan kesukaran belajar bagi siswa. Misalnya siswa tidak memiliki teman belajar dan diskusi maka akan merasa kesulitan saat akan meminjam buku atau alat belajar yang lain.

3.  Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama kali anak belajar. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi proses belajar anak. Faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan permasalahan belajar anak adalah:

Pola asuh orang tua
Setiap orang memiliki pola atau cara yang berbeda dalam mendidik anak. Pola asuh yang selalu mengekang anak akan membuat anak sulit dan bahkan tidak dapat mengembangkan kemampuan dan bakat yang dimiliki.

Hubungan orang tua dan anak
Hubungan yang tidak harmonis antara orang tua dan anak akan membuat anak tidak betah di rumah. Dengan begitu anak tidak akan bisa melaksanakan aktivitas belajarnya dengan baik.

Keadaan ekonomi keluarga
Meskipun tidak mutlak, perekonomian keluarga dapat menjadi salah satu penghambat anak. Ada kemungkinan anak menjadi minder dan malu bergaul dengan teman karena masalah ekonomi keluarganya. Dengan perasaan minder anak akan mudah tersinggung, kecil hati, dan sebagainya. Akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi hasil belajar anak.

Keharmonisan keluarga
Keluarga yang tidak harmonis akan memberi dampak negatif pada anak dalam belajar. Pertikaian atau cek-cok ayah dan ibu akan membuat anak merasa terbebani sehingga anak menjadi kurang semangat dalam belajar.

Kondisi rumah
Kondisi rumah yang kurang memadai akan membuat anak kesukaran dalam belajar. Letak rumah juga berpengaruh pada proses belajar anak. Rumah yang terlalu dekat dengan jalan raya kurang efektif untuk belajar anak.

Teman sebaya

Teman sebaya dapat mempengaruhi proses belajar anak, baik teman sebaya dalam lingkup sekolah maupun tempat tinggal atau masyarakat. Pada usia anak-anak dan remaja, jiwa yang dimiliki masih labil, emosional, pemarah, dan juga rasa egois sangat besar. Biasanya tejadi kekerasan di sekolah yang dilakukan oleh teman sebaya atau kawan bermain. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan atau bahkan persaingan yang menimbulkan sikap saling mengejek, mendorong, memukul bahkan kekerasan verbal.

Kekerasan sebagai gangguan emosi pada dasarnya tidak hanya menyerang orang lain, tetapi juga menyerang diri sendiri. Persoalan kekerasan dilihat dari lapangan psikologi pendidikan mencoba mengarahkan pada lingkungan sekolahtempat anak belajar berinteraksi dengan teman sebaya.

Interaksi sosial yang tidak sehat antar teman sebaya di sekolah dipengaruhi faktor lingkungan dari luar yang dibawa ke sekolah oleh peserta didik yang berujung pada tindakan kekerasan. Belajar yang tidak menyenangkan juga membuat anak merasa tertekan dan bertindak nakal. Sebenarnya kekerasan yang terjadi di kalangan siswa dibentuk dari pengalaman-pengalaman lama.

Teman sebaya  yang seharusnya bisa untuk memperoleh informasi dan perbandingan tentang dunia sosisal, prinsip keadilan malalui konflik yang terjadi dengan teman, bisa untuk belajar tentang konsep gender juga dapat berpengaruh negatif bagi anak. Misalnya kebiasaan-kebiasaan buruk yang dimiliki kawan sebayanya akan mudah mempengaruhi diri anak. Kebiasaan buruk yang mudah ditiru biasanya dari ucapan atau tindakan.
Lingkungan non-sosisal
Faktor yang termasuk lingkungan non-sosial adalah

Lingkungan alamiah

Yang dimaksud dengan lingkungan alamiah adalah kondisi yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar tidak terlalu silau, tidak terlalu gelap, dan tenang.

Instrumental
Instrumental dapat digolongkan dua macam:

Hardware

Yang termasuk perangkat hard ware adalah gedung sekolah, alat, fasilitas, sarana prasarana belajar, dan sebagainya.

Software

Yang termasuk perangkat software dalam pendidikan adalah kurikulum sekolah, peraturan, buku panduan, silabus, dan sebagainya.

Cara Mengatasi Hambatan Belajar

Saat timbul hambatan dalam belajar, hambatan tersebut harus segera diatasi. Dengan diatasi hambatan tersebut maka proses belajar dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai hasil belajarr yang maksimal. Cara mengatasi hambatan belajar dapat di mulai dari diri anak, keluarga, dan sekolah.

Diri anak

1)    Menjaga kesehatan jasmani.

2)   Menumbuhkan rasa percaya diri.

3)   Membangun motivasi diri.

4)   Belajar berinteraksi dengan lingkungan.

5)   Belajar menjaga emosi.

6)   Menerima keadaan (ekonomi, jasmani,dll).

Keluarga

1.      Memberi teladan dalam sikap dan tingkah laku kepada anak.

2.      Menjaga keharmonisan keluarga.

3.      Menyediakan waktu untuk mendampingi anak dalam belajar

4.      Megusahakan kesehatan anak, misalnya dengan makanan bergizi.

5.      Melatih anak dengan mengerjakan pekerjaan rumah (menyapu, mencuci piring, dll).

6.      Meminimalkan untuk membandingkan anak dengan anak yang lain.

7.      Mencukupi fasilitas dan saran prasarana belajar.

8.      Mambangun dan memberi motivasi anak.

Sekolah

1)    Guru mangendalikan diri (emosi) saat mengajar.

2)   Guru menjaga kedekatan dengan siswa maupun orangtua siswa.

3)   Guru bersikap adil pada semua siswa.

4)   Guru memberikan motivasi siswa, misalnya dengan pujian, dan sebagainya.

5)   Guru mamberikan teladan yang baik pada siswa.

6)   Guru mengajar dengan menggunakan metode yang menyenangkan.

7)   Guru melihat kelemahan masing-masing siswa, misalnya ada siswa yang cacat fisik letak posisi duduk di depan.
8)   Guru mamberi tugas sesuai dengan kemampuan siswa.

9)   Lingkungan yang nyaman untuk belajar siswa.


10) Memberikan kelonggaran tata tertib, namun tetap disiplin.A

Strategi Belajar Efektif fan Efisien



1.    Pengertian Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Belajar adalah proses mental yang tidak berdiri sendiri tetapi ditentukan oleh banyak faktor yakni faktor diri sendiri, faktor di luar diri serta faktor pendekatan belajar yang digunakan.

Perbuatan belajar menghasilkan perubahan dan ciri khas yang bersifat:
Ø  Ø  Intensional (disengaja)
Ø  Ø  Positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri)
Ø  Ø  Efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya perubahan baru)
Manifestasi peeilaku belajar tampak dalam:
Ø  v  Kebiasaan
Ø  v  Keterampilan
Ø  v  Pengamatan
Ø  v  Berpikir asosiatif & daya ingat
Ø  v  Berpikir rasional & kritis
Ø  v  Sikap
Ø  v  Inhibisi (menghindari hal-hal yang mubazir)
Belajar efektif adalah cara belajar yang teratur, tuntas, secara berkesinambungan dan produktif yakni menghasilkan kepandaian, pengetahuan, keterampilan, pembentukan sikap mental dan intelektual yang baik serta bertanggung jawab.
Tujuan dari belajar efektif ini adalah untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan, jika siswa belajarnya tidak teratur, tidak tuntas, tidak terus menerus dan tidak sungguh-sungguh baik di sekolah maupun di rumah maka bisa menyebabkan tidak tercapainya sasaran belajar yang diharapkan dan bahkan sebaliknya.
Belajar akan dikatakan efektif & efisien apabila hasil yang dicapai/diperoleh seimbang dengan usaha yang dilakukan. Dalam belajar terdapat unsur rencana, ketepatgunaan serta kemanjuran pendekatan dan metode belajar yang digunakan.
Berikut ini ada 3 gaya belajar yang dikemukakan oleh Bobbi De Porter, dkk beserta instrument untuk mengetahui gaya belajar anda, yaitu:
a.    Gaya Belajar Visual
Orang yang memiliki gaya belajar ini mempunyai ketajaman daya melihat. Dengan indera mata lebih memudahkannya dalam belajar, ia lebih nyaman belajar dengan warna-warni, garis dan bentuk. Ia lebih suka membaca daripada dibacakan, mengingat dengan gambar, memperhatikan segala sesuatunya dengan penampilan termasuk penampilan catatan dan buku.
b.    Gaya Belajar Auditorial
Orang yang memiliki gaya belajar ini lebih mudah belajar dengan mendengarkan. Ia berusaha menggerakkan bibir saat membaca dan berbicara dengan pola berirama.
c.     Gaya Belajar Kinestetik
Orang yang memiliki gaya belajar ini lebih gampang belajar dengan memvariasikan gerak dan perasaan. Ia belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca, menanggapi diikuti gerakan fisik, menyentuh teman, dan mengingat sambil berjalan.

2.    Strategi Belajar Efektif & Efisien
Kebiasaan belajar efektif bisa dikembangkan dengan berbagai cara dan membiasakan belajar efektif ini bisa dilakukan oleh seseorang dengan cara-caranya tersendiri karena hal ini bukan suatu kegiatan yang kaku, dalam arti hanya terpaku pada hal-hal di bawah ini saja. Adapun cara-cara mengembangkan kebiasaan belajar efektif adalah:
Di rumah:
Adapun hal-hal yang bisa dilakukan di rumah dalam rangka mengembangkan kebiasaan belajar efektif, antara lain:
·        Belajar sesuai jadwal waktu belajar
·        Mengulang pelajaran di rumah
·        Mengerjakan tugas-tugas atau PR
·        Melengkapi buku-buku pelajaran
·        Mengembangkan gemar membaca
·        Menata ruang belajar
·        Menjaga kesehatan
Di sekolah
Mengembangkan kebiasaan belajar efektif di sekolah bisa dilakukan dengan cara:
v  Datang ke sekolah tepat waktu
v  Menyiapkan buku & alat tulis yang lengkap
v  Memusatkan perhatian & menekuni setiap materi pelajaran
v  Memberanikan diri untuk bertanya pada guru jika tidak jelas
v  Mengerjakan tugas-tugas
v  Memanfaatkan jam pelajaran kosong untuk belajar atau ke perpustakaan

Selain hal-hal yang dikemukakan di atas, pertimbangkan juga prinsip-prinsip berikut ini jika ingin belajar efektif dan efisien.
1.     Belajar memerlukan dorongan atau motivasi.
2.    belajar memerlukan pemusatan perhatian pada hal-hal yang sedang dipelajari.
3.    Berusaha untuk mengerti lebih dahulu sebelum dihafal.
4.    Sering mengulang hal-hal yang telah dipelajari.
5.    Yakinkan bahwa setiap pelajaran akan berguna nantinya.
6.    Setelah belajar perlu istirahat.
7.    Yakinkan bahwa hal-hal yang telah kita pelajari dapat dimanfaatkan untuk mempelajari yang lain (transfer pengetahuan).
8.    Belajar dengan ekspresi (melakukan kembali dengan bahasa sendiri).
9.    Hindari hal-hal yang dapat mengganggu/menghambat dalam belajar.


Tips Menghadapi Ujian

SEMBILAN KUNCI SUKSES MENGHADAPI UJIAN

#1 Mindset Juara
Hal mendasarkan yang membedakan juara dan yang tidak juara terletak pada pola pikir. Pola pikir akan mewujudkan dalam tindak. Orang bisa sukses karena tindakannya dan semua tindakan itu berasal dari pola pikir sukses. Kunci Sukses 1 yang akan Anak Anda dapatkan adalah memiliki pola pikir pelajar sukses.

#2 Hancurkan Penghambat Diri
80% masalah belajar disebabkan oleh emosi negatif. Anak sering merasa malas dan tidak termotivasi saat disuruh belajar. Tetapi, menjelang ujian mereka merasa takut tidak lulus, cemas, khawatir dan stress. Semua itu adalah penghambat yang harus dituntaskan. Kunci Sukses 2 yang saya bagikan adalah cara menghilangkan segala bentuk ketakutan, kecemasan, dan berbagai emosi negatifnya dalam belajar dan ujian.

#3 Percaya Diri Menghadapi Ujian
Banyak anak yang mendapat nilai jelek karena kesalahan sepele seperti tidak teliti, ragu-ragu, atau mengubah jawaban yang sebenarnya sudah tepat. Kesalahan ini timbul dari rasa kurang percaya diri. Kunci Sukses 3 yang akan Anak Anda dapatkan adalah memiliki kepercayaan diri dalam menghadapi ujian.

#4 Disiplin dalam Belajar
Tidak disiplin dan suka menunda-nunda dalam belajar merupakan hal yang merusak persiapan ujian. Untuk mengatasi ini, Anak harus memiliki Kunci Sukses 4 yaitu berdisplin diri dan berperang dengan penundaan.



#5 Strategi Manajemen Waktu
Terlalu banyak bermain dan melupakan belajar membuat anak mendapat nilai jelek. Sebaliknya terlalu banyak belajar dan tidak bermain membuat anak menjadi stres. Perlu ada keseimbangan antara belajar dan bermain dalam masa ujian. Kunci Sukses 5 yang harus dimiliki Anak adalah cara mengatur waktu belajar dengan sistem yang tepat.

#6 Strategi Memahami Pelajaran
Terlalu banyak materi yang dipelajari untuk ujian membuat Anak kelamaan dalam memahami pelajaran. Kunci Sukses 6, menguasai strategi menemukan poin-poin penting dalam pelajaran sehingga Anak Anda bisa memahami pelajaran dengan mudah dalam waktu singkat.

#7 Strategi Menghafal Pelajaran
Menghafal adalah bagian dari pembelajaran di sekolah. Menghafal akan menjadi mudah jika tahu caranya. Kunci Sukses 7 yang akan Anak Anda pelajari adalah cara menghafal daftar kata berurut, rumus, kata asing (cont: pelajaran biologi), dan proses (cont: metamorfosis).

#8 Berlatih untuk Menghadapi Ujian
Semakin banyak berlatih Anak semakin siap menghadapi ujian. Bagaimana berlatih yang tepat untuk melewati masa ujian dengan sukses? Jawabannya ada di Kunci Sukses 8.

#9 Strategi Mengerjakan Soal
Hal yang sering kali dilupakan oleh anak adalah cara mengerjakan soal yang tepat saat ujian. Kunci Sukses 9 yang akan Anak Anda miliki adalah cara mengerjakan soal ujian dengan tepat agar mendapatkan nilai maksimal.


Pengertian Resensi, Jenis Resensi, Unsur-Unsur Resensi

A.  Pengertian Resensi


Secara etimologi, resensi berasal dari bahasa latin, dari kata kerja revidere atau recensere yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Belanda dikenal dengan recensie sedangkan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia, resensi diartikan sebagai pertimbangan atau pembicaraan tentang buku dan sebagainya. Secara garis besar resensi diartikan sebagai kegiatan untuk mengulas atau menilai sebuah hasil karya baik itu berupa buku, novel, maupun film dengan cara memaparkan data-data, sinopsis, dan kritikan terhadap karya tersebut.

B.  Jenis-jenis Resensi


Secara garis besar resensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Resensi Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.

2. Resensi Deskriptif, yaitu resensi yang membahas secara detail pada tiap bagian atau babnya.

3. Resensi Kritis, yaitu resensi yang berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena bisa saja dalam sebuah resensi ketiganya diterapkan secara bersamaan.

C. UNSUR- UNSUR RESENSI

a. Membuat Judul Resensi
Judul resensi yang menarik dan benar-benar menjiwai seluruh tulisan atau inti tulisan, tidak harus ditetapkan terlebih dahulu. Judul dapat dibuat sesudah resensi selesai. Hal yang perlu diingat, judul resensi selaras dengan keseluruhan isi resensi.
b. Menyusun Data Buku

Data buku biasanya disusun sebagai berikut:
- judul buku (Apakah buku itu termasuk buku hasil terjemahan. Kalau demikian, tuliskan juga judul aslinya.);
- pengarang (Kalau ada, tulislah juga penerjemah, editor, atau penyunting seperti yang tertera pada buku.);
- penerbit;
- tahun terbit beserta cetakannya (cetakan ke berapa);
- tebal buku;
- harga buku (jika diperlukan).
c. Membuat Pembukaan (lead)

Pembukaan dapat dimulai dengan hal-hal berikut:
- memperkenalkan siapa pengarangnya, karyanya berbentuk apa saja, dan prestasi    apa saja yang diperoleh;
- membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis, baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain;
- memaparkan kekhasan atau sosok pengarang;
- memaparkan keunikan buku;
- merumuskan tema buku;
- mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku;
- mengungkapkan kesan terhadap buku;
- memperkenalkan penerbit;
- mengajukan pertanyaan;
- membuka dialog.
d. Tubuh atau Isi Pernyataan Resensi Buku

Tubuh atau isi pernyataan resensi biasanya memuat hal-hal berikut:
a. sinopsis atau isi buku secara bernas dan kronologis;
b. ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya;
c. keunggulan buku;
d. kelemahan buku;
e. rumusan kerangka buku;
f. tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit);
g. adanya kesalahan cetak.
e. Penutup Resensi Buku

contoh resensi buku
Resensi Buku Koala Kumal
Judul                  :  Koala Kumal
Penulis               :  Raditya Dika
Tanggal Terbit    :  17 Januari 2015
Penerbit             :  GagasMedia
Tebal Halaman  :  250 hlm
Proses berubah menuju kedewasaan adalah hal yang lumrah bagi penulis. Perubahan itu bakal terasa kepada pembaca setia yang memang dari awal mengikuti karya sang penulis. Reaksinya pasti bermacam-macam, ada yang makin nge-fans pada sang penulis, tapi kebanyakan yang terjadi adalah kecewa berat dan malah mencaci maki pada penulis. Biasanya ini terjadi kepada penulis yang karya perdananya langsung meledak. Persis seperti yang terjadi di ranah musik. Mungkin anda sudah tahu bahwa yang saya maksud adalah Arctic Monkeys. Perubahan drastis yang dibuat mereka pada album AM malah membuat nama mereka semakin harum. Apakah Raditya Dika termasuk dalam kategori sukses instan pada karya perdana? Jelas. Kambing Jantan menggebrak dengan menawarkan sesuatu yang beda; komedi kasar yang merupakan adaptasi langsung dari blognya Raditya Dika. Tapi, apakah Koala Kumal-nya Raditya Dika bisa menjadi seperti AM-nya Arctic Monkeys?
Raditya Dika, yang akrab disapa Dika, akhirnya merilis buku ketujuhnya yang berjudul Koala Kumal. Ini merupakan hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh penggemarnya, karena sudah tiga tahun dia absen menulis buku. Di tiga tahun terakhir, dia disibukkan oleh proyek serial populer Malam Minggu Miko dan film dari adaptasi novel-novelnya, dimana dia berperan sebagai penulis skenario, pemain, sekaligus sutradara.
Kenapa diberi judul Koala Kumal? Di bab terakhir, Dika menjelaskan tentang patah hati. Tentang orang yang dulunya saling memberi rasa nyaman, namun saat bertemu lagi perasaan itu sudah berubah total. Persis seperti seekor koala yang bermigrasi dari hutan tempat tinggalnya, namun saat kembali koala itu kebingungan karena hutan yang pernah jadi rumahnya habis dibabat manusia. Karena itulah, buku ini diberi judul Koala Kumal. Mayoritas isinya bercerita tentang patah hati, tentang rasa yang pernah ada, dan tentang kenyamanan yang punah ditelan cinta yang baru.
Koala Kumal sedikit lebih tipis dibandingkan buku sebelumnya, Manusia Setengah Salmon. Selain kembali menggunakan judul binatang, kali ini pun Dika meneruskan konsep ‘Komedi Pakai Hati’ miliknya. Kedewasaan dan kematangan pun semakin terlihat disini. Struktur bahasa pun semakin rapi. Jelas saja, dengan usia yang sudah menginjak 30 tahun, Raditya Dika berangsur-angsur menghilangkan kata-kata kasar dan tidak baku seperti yang biasa ditemukan di buku-buku sebelumnya. Sebenarnya tidak penting membicarakan struktur bahasa dalam sebuah buku komedi. Namun, perbedaan itu semakin jelas. Sangat berbeda jauh dengan Kambing Jantan, buku pertama Dika yang sangat slengean dan hancur-hancuran, dalam segi bahasa.
Namun, apakah dengan patah hati sebagai tema utama dan kedewasaan membuat Koala Kumal tidak lucu lagi? Justru disitulah, kepiawaian Dika bekerja. Lucu tidak harus dengan komedi kasar. Komedi pakai hati pun bisa, begitulah prinsip Dika. Dan memang terbukti benar. Anda tidak perlu khawatir dengan sense of comedy-nya Raditya Dika bakal meluntur seiring dengan menuanya dia. Namun jangan harap komedi Koala Kumal bakal serusak dan sekasar Kambing Jantan dan Babi Ngesot. Ini serius.
Kesimpulannya, Koala Kumal sangat layak untuk dibeli dan dibaca. Banyak pelajaran dapat kita petik dari Koala Kumal, terutama bagi yang baru saja patah hati. Patah hati adalah proses menuju kedewasaan. Sering patah hati tidak berarti kita harus putus asa mengejar cinta. Cinta butuh perjuangan. Perjuangan itu adalah mempertahankan kenyamanan.  Sekian.